BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada pengukuran
serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang
spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan
detektor fototube. Benda bercahaya seperti matahari atau bohlam listrik memancarkan
spektrum yang lebar terdiri atas panjang gelombang. Panjang gelombang yang
dikaitkan dengan cahaya tampak itu mampu mempengaruhi selaput pelangi mata manusia
dan karenanya menimbulkan kesan subyektif akan ketampakan (vision). Dalam
analisis secara spektrofotometri terdapat tiga daerah panjang gelombang elektromagnetik
yang digunakan, yaitu daerah UV (200 – 380 nm), daerah visible (380 – 700 nm),
daerah inframerah (700 – 3000 nm) (Khopkar 1990).
Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia analisis yang digunakan
untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan kualitatif
yang didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya. Sedangkan peralatan
yang digunakan dalam spektrofometri disebut spektrofotometer. Cahaya yang dimaksud
dapat berupa cahaya visibel, UV dan inframerah, sedangkan materi dapat berupa
atom dan molekul namun yang lebih berperan adalah elektron yang ada pada atom
ataupun molekul yang bersangkutan. Para kimiawan telah lama menggunakan bantuan
warna sebagai bantuan dalam mengenali zat-zat kimia. Spektrofotometri dapat
dianggap sebagai suatu perluasan pemeriksaan visual yang dengan studi lebih
mendalam dari absorpsi energi radiasi oleh macam-macam zat kimia memperkenankan
dilakukannya pengukuran ciri- ciri serta kuantitatifnya dengan ketelitian lebih
besar.
1.2 Tujuan
1.2.1
Mengetahui
Komponen Spektrofotometer UV/VIS.
1.2.2
Mengetahui
Fungsi dari Bagian-Bagian Spektrofotometer UV/VIS.
1.2.3
Mengetahui
Keuntungan Analisis Secara Spektrofotometer UV/VIS
BAB II
ISI
2.1 Sejarah UV-VIS
Absorbansi cahaya oleh bahan pertama kali dieksplorasi oleh ahli Matematika
Jerman Johann Heinrich Lambert (1728-1777) yang menemukan bahwa untuk radiasi monokromatik
(dalam radiasi praktek pita sempit) jumlah cahaya yang diserap adalah berbanding
lurus dengan panjang jalur cahaya itu melalui material dan tidak tergantung dari
intensitas cahaya. Astronom Jerman Wilhelm Beer (1797-1850) memperluas pekerjaan
ini dan menemukan bahwa, untuk larutan encer, ada hubungan linier antara konsentrasi
analit dan absorbansi.
Ahli kimia klinis Henry Bence Jones (1813-1873) menggunakan spektroskopi emisi
untuk mendeteksi lithium dalam urin dan pada jaringan lain termasuk lensa dihapus
dari mata pasien katarak dan bekerja dengan Agustus Dupre (1835-1907), digunakan
analisis fluoresensi untuk mendeteksi kina dalam darah dan jaringan lain. Pengenalan
spektrofotometer komersial UV pertama, oleh Arnold O. Beckman (1900-2004), Namun,
kelompok-kelompok seperti yang dipimpin oleh Bernand B. Brodie (1907-1989)
melanjutkan untuk menggunakan instrumen untuk mengembangkan kuantitatif. Brodie
mendirikan beberapa aturan dasar untuk sukses meansurement obat dan racun
lainnya dalam spesimen biologi, banyak yang masih berlaku hari ini.
Seperti dengan pengembangan spektrofotometer UV praktis, kepentingan militer,
Kali ini dalam obat antimaterials, juga mendorong kemajuan di spektrophotofluorimetry.
Brodie dan Sidney Udenfriend (1918-2001) menggunakan fluorimeter Coleman
sederhana filter untuk mengukur quinacrine dalam plasma, tetapi jelas bahwa
jika panjang gelombang eksitasi dapat bervariasi banyak molekul lebih dapat
dianalisis menggunakan teknik ini. Robert L. Bowman (1916-1995) mengembangkan
spectrophotofluorimeter monokromator pertama ganda, yang dengan kolaborasi dari
Perusahaan Instrumen Amerika, dipamerkan pada Konferensi 1956 Tickets Pittburgh
sebagai AMINO-Bowman SPF.
Di pertengahan abad ke-19, kimiawan Jerman Robert Wilhelm Bunsen (1811-1899)
fisikawan Jerman Gustav Robert Kirchhoff (1824- 1887) bekerjasama mengembangkan
spektrometer menemukan 2 unsur baru: rubidium dan cesium. Yang digunakan banyak
kimiawan untuk menemukan unsur baru. Kemudian alat ini digunakan banyak
kimiawan untuk menemukan unsur baru semacam galium, indium dan unsur-unsur
tanah jarang. Spektroskopi telah memainkan peran penting dalam penemuan gas-gas
mulia. Spektrofotometer terdiri atas sumber sinar, prisma, sel sampel, detektor
pencatat. Fungsi prisma adalah untuk memisahkan sinar polikromatis di sumber
cahaya menjadi sinar kromatis. Penggunaan spektroskopi sebagai sarana penentuan
struktur senyawa memiliki sejarah yang panjang. Reaksi nyala yang populer berdasarkan
prinsip yang sama dengan spektroskopi.
2.2 Pengertian Spektrofotometri UV-VIS
Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada pengukuran
serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombamg
spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan
detektor fototube.
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel
sebagai fungsi panjang gelombang. Sedangkan pengukuran menggunakan spektrofotometer
ini, metoda yang digunakan sering disebut dengan spektrofotometri. Spektrofotometri
dapat dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual dengan studi yang
lebih mendalam dari absorbsi energi. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur
pada berbagai panjang gelombang dan dialirkan oleh suatu perekam untuk menghasilkan
spektrum tertentu yang khas untuk komponen yang berbeda.
Teknik spektroskopi pada daerah ultra violet dan sinar tampak disebut spektroskopi
UV-VIS. Spektrofotometri ini merupakan gabungan antara spektrofotometri UV dan
Visible. Spektrofotometer UV-VIS merupakan alat dengan teknik spektrofotometer
pada daerah ultra-violet dan sinar tampak. Alat ini digunakan guna mengukur
serapan sinar ultra violet atau sinar tampak oleh suatu materi dalam bentuk
larutan. Konsentrasi larutan yang dianalisis sebanding dengan jumlah sinar yang
diserap oleh zat yang terdapat dalam larutan tersebut.
Metoda penyelidikan dengan bantuan spektrometer disebut spektrometri. Dalam
spektrometer modern, sinar yang datang pada sampel diubah panjang gelombangnya
secara kontinyu. Hasil percobaan diungkapkan dalam spektrum dengan absisnya
menyatakan panjang gelombang (atau bilangan gelombang atau frekuensi) sinar
datang dan ordinatnya menyatakan energi yang diserap sampel.
2.3 Kegunaan Spektrofotometri UV-VIS
Kegunaan dari spektrofotometer UV/VIS adalah untuk mengukur transmitansi,
reflektansi dan absorbsi dari cuplikan sebagai fungsi dari panjang gelombang.
Spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi cahaya secara relatif jika
energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi
dari panjang gelombang. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum
sinar tampak yang sinambung dan monokromatis. Sel pengabsorbsi untuk mengukur perbedaan
absorbsi antara cuplikan dengan blanko atau pun pembanding.
2.4 Analisis Sampel Spektroskopi UV-VIS
Spektrofotometer UV-VIS dapat digunakan untuk :
a. Analisis Kualitatif
Penggunaan alat ini dalam analisis kuantitatif sedikit terbatas sebab
spektrum sinar tampak atau sinar UV menghasilkan puncak-puncak serapan yang
lebar sehingga dapat disimpulkan bahwa spektrum yang dihasilkan kurang
menunjukan puncak-puncak serapan. Namun, walaupun puncak yang dihasilkan
bebentuk lebar, puncak tersebut masih dapat digunakan untuk memperoleh
keterangan ada atau tidaknya gugus fungsional tertentu dalam suatu molekul
organic.
b. Analisis Kuantitatif
Penggunaan sinar UV dalam analisis kuantitatif memberikan beberapa keuntungan,
diantaranya ;
·
Dapat
digunakan secara luas
·
Memiliki
kepekaan tinggi
·
Keselektifannya
cukup baik dan terkadang tinggi
·
Ketelitian
tinggi
·
Tidak
rumit dan cepat
Adapun
langkah-langkah utama dalam analisis kuantitatif adalah ;
·
Pembentukan
warna ( untuk zat yang yang tak berwarna atau warnanya kurang kuat ),
·
Penentuan
panjang gelombang maksimum,
·
Pembuatan
kurva kalibrasi,
·
Pengukuran
konsentrasi sampel.
Radiasi
ultraviolet memiliki panjang gelombang kurang dari 200 nm adalah sulit untuk
menangani, dan jarang digunakan sebagai alat rutin untuk analisis struktural.
Gambar 1.1 eksitasi
elektron
Energi yang
disebutkan diatas adalah cukup untuk mempromosikan atau merangsang elektron
molekul ke energi orbital yang lebih tinggi. Akibatnya, penyerapan spektroskopi
dilakukan di wilayah ini kadang disebut "spektroskopi elektronik".
Panjang
gelombang cahaya UV-VIS jauh lebih pendek daripada panjang gelombang radiasi
inframerah. Spektrum sinar tampak terentang dari sekitar 400 nm (ungu) sampai
750 nm (merah), sedangkan spektrum ultraviolet terentang dari 100 nm sampai 400
nm. Kuantitas energi yang diserap oleh suatu senyawa berbanding terbalik dengan
panjang gelombang radiasi :
Gambar 1.2 panjang
gelombang
Gambar 1.3 sinar tampak
·
Violet : 400 - 420 nm
·
Indigo : 420 - 440 nm
·
Biru : 440-490 nm
·
Hijau : 490-570 nm
·
Kuning : 570-585 nm
·
Oranye : 585-620 nm
·
Merah : 620-780 nm
Gambar 1.4 spektrum UV.
Analisis ini
dapat digunakan yakni dengan penentuan absorbansi dari larutansampel yang
diukur. Prinsip penentuan spektrofotometer UV-VIS adalah aplikasi dari Hukum
Lambert-Beer, yaitu:
A = - log T = - log It / Io = ε . b . C
Dimana :
A = Absorbansi dari sampel yang akan
diukur
T = Transmitansi
I0 = Intensitas sinar masuk
It = Intensitas sinar yang diteruskan
ε = Koefisien ekstingsi
b = Tebal kuvet yang digunakan
C = Konsentrasi dari sampel
Penyebab
kesalahan sistematik yang sering terjadi dalam analisis menggunakan
spektrofotometer adalah:
a. Serapan oleh pelarut
Hal ini dapat
diatasi dengan penggunaan blangko, yaitu larutan yang berisi matrik selain
komponen yang akan dianalisis.
b. Serapan oleh kuvet
Kuvet yang biasa
digunakan adalah dari bahan gelas atau kuarsa. Dibandingkan dengan kuvet dari
bahan gelas, kuvet kuarsa memberikan kualitas yang lebih baik, namun tentu saja harganya jauh lebih mahal.
Serapan oleh kuvet ini diatasi dengan penggunaan jenis, ukuran, dan bahan kuvet
yang sama untuk tempat blangko dan sampel.
c. Kesalahan fotometrik normal
Pada
pengukuran dengan absorbansi sangat rendah atau sangat tinggi, hal ini dapat diatur
dengan pengaturan konsentrasi, sesuai dengan kisaran sensitivitas dari alat yang
digunakan. (melalui pengenceran atau pemekatan) Sama seperti pHmeter, untuk
mengatasi kesalahan pada pemakaian spektrofotometer UV-VIS maka perlu dilakukan
kalibrasi. Kalibrasi dalam spektrofotometer UV-VIS dilakukan dengan menggunakan
blangko:
Setting nilai
absorbansi = 0
Setting nilai
transmitansi = 100 %
Penentuan
kalibrasi dilakukan dengan mengikuti prosedur sebagai berikut:
a. Dilakukan dengan larutan blangko
(berisi pelarut murni yang digunakan dalam sampel) dengan kuvet yang sama.
b. Setiap perubahan panjang gelombang
diusahakan dilakukan proses kalibrasi. Proses kalibrasi pada pengukuran dalam
waktu yang lama untuk satu macam panjang gelombang, dilakukan secara periodik
selang waktu per 30 menit. Dengan adanya proses kalibrasi pada spektrofotometer
UV-VIS ini maka akan membantu pemakai untuk memperoleh hasil yang akurat dan
presisi.
2.5 Cara Kerja Spektrofotometer
Spektrum elektromagnetik terdiri dari urutan gelombang dengan sifat-sifat yang
berbeda. Kawasan gelombang penting di dalam penelitian biokimia adalah ultra lembayung
(UV, 180-350 nm) dan tampak (VIS, 350-800 nm). Cahaya di dalam kawasan ini
mempunyai energi yang cukup untuk mengeluarkan elektron valensi di dalam
molekul tersebut (Keenan 1992).
Penyerapan sinar UV-Vis dibatasi pada sejumlah gugus fungsional atau gugus kromofor
yang mengandung elektron valensi dengan tingkat eksutasi rendah. Tiga jenis elektron
yang terlibat adalah sigma, phi, dan elektron bebas. Kromofor-kromofor organik
seperto karbonil, alkena, azo, nitrat, dan karboksil mampu menyerap sinar ultraviolet
dan sinar tampak. Panjang gelombang maksimumnya dapat berubah sesuai dengan
pelarut yang digunakan. Auksokrom adalah gugus fungsional yang mempunyai elektron
bebas nseperti hidroksil, metoksi, dan amina. Terkaitnya gugus kromofor akan mengakibatkan
pergeseran pita absorpsi menuju ke panjang gelombang yang lebih besar dan
disertai dengan peningkatan intensitas (Hart 2003).
Ketika cahaya melewati suatu larutan biomolekul, terjadi dua kemungkinan. Kemungkinan
pertama adalah cahaya ditangkap dan kemungkinan kedua adalah cahaya discattering.
Bila energi dari cahaya (foton) harus sesuai dengan perbedaan energi dasar dan
energi eksitasi dari molekul tersebut. Proses inilah yang menjadi dasar pengukuran
absorbansi dalam spektrofotometer (Aisyah 2009).
Cara kerja spektrofotometer dimulai dengan dihasilkannya cahaya monokromatik
dari sumber sinar. Cahaya tersebut kemudian menuju ke kuvet (tempat sampel/sel).
Banyaknya cahaya yang diteruskan maupun yang diserap oleh larutan akan dibaca
oleh detektor yang kemudian menyampaikan ke layar pembaca (Hadi 2009) Larutan
yang akan diamati melalui spektrofotometer harus memiliki warna tertentu. Hal ini
dilakukan supaya zat di dalam larutan lebih mudah menyerap energi cahaya yang diberikan.
Secara kuantitatif, besarnya energi yang diserap oleh zat akan identik dengan jumlah
zat di dalam larutan tersebut. Secara kualitatif, panjang gelombang dimana energi
dapat diserap akan menunjukkan jenis zatnya (Cahyanto 2008).
2.6 Penyerapan Sinar Ultraviolet dan Sinar Tampak Oleh Molekul
Penyerapan sinar tampak atau ultraviolet oleh suatu molekul dapat menyebabkan
terjadinya eksitasi molekul tersebut dari tingkat energi dasar (ground state)
ke tingkat energi yang lebih tinggi (excited stated). Proses ini melalui dua
tahap :
tahap 1 : M + hv à M*
tahap 2 : M* à M + heat
Pengabsorbsian sinar ultraviolet atau sinar tampak oleh suatu molekul umumnya
menghasilkan eksitasi bonding; akibatnya, panjang gelombang absorbsi maksimum
dapat dikorelasikan dengan jenis ikatan yang ada didalam molekul yang sedang
diselidiki. Oleh karena itu, spektroskopi serapan berharga untuk mengidentifikasi
gugus-gugus fungsional yang ada dalam suatu molekul. Akan tetapi, yang lebih
penting adalah penggunaan spektroskopi serapan ultra violet dan sinar tampak
untuk penentuan kuantitatif senyawa-senyawa yang mengandung gugus pengabsorbsi.
Ada tiga macam
proses penyerapan energy ultraviolet dan sinar tampak yaitu:
1. Penyerapan oleh transisi electron
ikatan dan electron anti ikatan ( electron sigma ,elektron phi,dan electron
yang tidak berikatan atau non bonding electronσ π (n) )
Zat pengabsorbsi yang mengandung elektron , , dan n meliputi molekul/ionσ π
organik juga sejumlah anion anorganik. Semua senyawa organik mampu mengabsorbsi
cahaya, sebab senyawa organik mengandung elektron valensi yang dapat dieksitasi
ke tingkat energi yang lebih tinggi. Energi eksitasi untuk elektron pembentuk
ikatan tunggal adalah cukup tinggi sehingga pengabsorbsiannya terbatas pada
daerah ultraviolet vakum ( <185), dimana komponen-komponen atmosfer λ juga mengabsorbsi
secara kuat. Oleh karena itu percobaan dengan sinar ultraviolet vakum ini sulit
dilakukan. Akibatnya, penyelidikan spektroskopi senyawa-senyawa organik
dilakukan pada daerah panjang gelombangnya lebih besar dari 185nm. Pengabsorbsian
sinar ultraviolet dan sinar tampak, yang panjang gelombangnya lebih besar,
terbatas pada sejumlah gugus fungsional ( chromophore) yang mengandung elektron
valensi dengan energi eksitasi rendah pengaruh luar elektron-elektron yang
menempati bilangan kuantum utama yang lebih tinggi.
2. Penyerapan yang melibatkan electron d
dan f
Kebanyakan ion-ion logam transisi mengabsorbbsi radiasi didaerah spektrum ultraviolet
atau sinar tampak. Untuk deret lantanida dan aktinida, proses pengabsorbsian
menyebabkan transisi elektron 4f dan 5f. sedangkan untuk deret pertama dan
kedua logam transisi menyebabkantransisi elektron 3d dan 4d.
a. Absorbsi oleh deret pertama dan kedua
logam transisi ( orbital d) Ion-ion dan kompleks-kompleks dari 18 unsur
transisi deret pertama dan kedua cenderung mengabsorbsi sinar tampak. Berbeda
dengan unsur-unsur aktinida dan lantanida, unsur-unsur transisi ini sering
mempunyai pita absorbsi yang melebar ( gambar 2) dan sangat dipengaruhi oleh
faktor lingkungan . Salah satu contoh unsur transisi blok 3d yang berwarna
yaitu Mn 7+ dalam senyawa KmnO4.
b. Absorpsi oleh ion-ion lantanida dan
aktinida ( orbital f) Berbeda dengan sifat kebanyakan pengabsorbsi anorganik
dan pengabsorpsi organik, spektra ion-ion lantanida dan aktinida meruncing,
jelas dan khas, yang sedikit dipengaruhi oleh jenis ligan yang bergabung dengan
ion logam tersebut (gambar 3). Hal ini disebabkan karena orbital-orbital dalam
dihalangi oleh pengaruh uar elektron-elektron yang menempati bilangan kuantum
utama yang lebih tinggi.
Gambar 1.5 Spektrum
absorpsi UV/Vis unsur Ce, Nd, Pr dan Sm
3. Penyerapan oleh perpindahan muatan
Zat-zat yang menunjukan absorbsi perpindahan muatan sangat penting, karena absorbtivitas
molarnya sangat besar (mak >10.000). hal ini meningkatkanε kesensitipan
pendekatan dan penentuan zat-zat pengabsorbsi. Beberapa kompleks anorganik
memperlihatkan absorbsi perpindahan muatan dan karenanya disebut komplek perpindahan
muatan. Salah satu contohnya yaitu reaksi antara ion besi (II) dengan senyawa 5-nitro-6-amino-1,10-phenanthroline
membentuk senyawa kompleks Tris(5-nitro-6-amino-1,10-phenanthroline)iron(II).
Senyawa kompleks ini memiliki absorpsi maksimum pada 520 nm dengan
absorptivitas molar ( )ε sebesar 1,39 x 104.
Gambar 1.6 kompleks Tris(5-nitro-6-amino-1,10-phenanthroline)iron(II)
Suatu komplek memperlihatkan 16etector perpindahan muatan, jika salah satu komponennya
mempunyai sifat penyumbang 16etector(electron donor), maka komponen lain yang
bersifat penerima 16etector(electron acceptor). Umumnya, didalam
charge-transfer komplek yang melibatkan ion logam, logam bertindak sebagai
akseptor 16etector. Kecuali didalam kompleks besi (II) o-fenantrolin atau tembaga
(I) o-fenantrolin, ligan merupakan akseptor 16etector dan ion logam sebagai
donoe 16etector.
2.7 Instrumen UV-VIS
Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari
17etector17ter dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkam sinar dari 17etector
dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas
cahaya yang ditransmisikan atau yang diarbsorbsi. Jadi spektrofotometer
digunakan untuk mengukur 17etect secara 17etector jika 17etect tersebut
ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang
gelombang. Kelebihan spektrofotometer dibandingkan dengan fotometer adalah
panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi dan ini diperoleh
dengan alat pengurai seperti prisma, grating ataupun celah optis. Pada fotometer
filter, sinar dengan panjang gelombang yang diinginkan diperoleh dengan berbagai
filter dengan berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek panjang
gelombang tertentu. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spectrum tampak
yang kontinyu, monokromator, sel pengarbsorbsi untuk larutan sample dan blanko
ataupun pembanding.
Spektrofotometer terdiri dari :
·
Sumber cahaya.
·
Monokromator.
·
Kompartemen sampel.
·
Detektor dan pengukur intensitas cahaya.
·
Skema konstruksi spektrofotometer
Secara
sederhana Instrumen spektrofotometri yang disebut spektrofotometer terdiri dari:
sumber cahaya – monokromator – sel sampel – etector –
read out (pembaca).
Gambar 1.7 instrumen spektrofotmetri
1. Sumber Cahaya
Sebagai sumber cahaya pada spektrofotometer, haruslah
memiliki pancaran radiasi yang stabil dan intensitasnya tinggi. Sumber energi
cahaya yang biasa untuk daerah tampak, ultraviolet dekat, dan inframerah dekat
adalah sebuah lampu pijar dengan kawat rambut terbuat dari wolfram (tungsten).
Lampu ini mirip dengan bola lampu pijar biasa, daerah panjang gelombang (l )
adalah 350 – 2200 nanometer (nm).
Gambar
1.8 Lampu wolfram
Di bawah kira-kira 350 nm, keluaran lampu wolfram itu tidak
memadai untuk spektrofotometer dan harus digunakan sumber yang berbeda. Paling
lazim adalah lampu tabung tidak bermuatan (discas) hidrogen (atau deuterium)
175 ke 375 atau 400 nm. Lampu hidrogen atau lampu deuterium digunakan untuk
sumber pada daerah ultraviolet (UV).
Gambar 1.9 Lampu deuterium
2. Monokromator
Monokromator adalah alat yang berfungsi untuk menguraikan
cahaya polikromatis menjadi beberapa komponen panjang gelombang tertentu
(monokromatis) yang bebeda (terdispersi).
Ada 2 macam monokromator yaitu :
A. Prisma
Gambar 1.10 monokromator
prisma
B. Grating (kisi
difraksi)
Gambar 1.11 monokromator
kisi difraksi
Keuntungan menggunakan kisi difraksi :
· Dispersi sinar
merata
· Dispersi lebih baik
dengan ukuran pendispersi yang sama
· Dapat digunakan
dalam seluruh jangkauan spectrum
Cahaya monokromatis ini dapat dipilih panjang gelombang
tertentu yang sesuai untuk kemudian dilewatkan melalui celah sempit yang
disebut slit. Ketelitian dari monokromator dipengaruhi juga oleh lebar celah
(slit width) yang dipakai. Monokromator berfungsi sebagai penyeleksi
panjang gelombang yaitu mengubah cahaya yang berasal dari sumber sinar
polikromatis menjadi cahaya monokromatis.
3. Sel sampel
Berfungsi sebagai tempat meletakan sampel, UV-VIS menggunakan kuvet sebagai
tempat sampel. Kuvet biasanya terbuat dari kuarsa atau gelas, namun kuvet dari
kuarsa yang terbuat dari silika memiliki kualitas yang lebih baik. Hal ini
disebabkan yang terbuat dari kaca dan plastik dapat menyerap UV sehingga
penggunaannya hanya pada spektrofotometer sinar tampak (VIS). Kuvet biasanya
berbentuk persegi panjang dengan lebar 1 cm. Cuvet harus memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut :
· Tidak berwarna
sehingga dapat mentransmisikan semua cahaya.
·
Permukaannya secara optis harus benar- benar sejajar.
·
Harus tahan (tidak bereaksi) terhadap bahan- bahan kimia.
·
Tidak boleh rapuh.
·
Mempunyai bentuk (design) yang sederhana.
4.
Detektor
Detektor berfungsi menangkap cahaya yang diteruskan dari sampel dan mengubahnya
menjadi arus listrik. Syarat-syarat sebuah detektor :
·
Kepekaan yang tinggi
·
Perbandingan isyarat atau signal dengan bising tinggi
·
Respon konstan pada berbagai panjang gelombang.
·
Waktu respon cepat dan signal minimum tanpa radiasi.
·
Signal listrik yang dihasilkan harus sebanding dengan tenaga radiasi.
Macam-macam detektor :
·
Detektor foto (Photo detector)
·
Photocell, misalnya CdS.
·
Phototube
·
Hantaran foto
·
Dioda foto
·
Detektor panas
5.
Read out
Merupakan suatu sistem baca yang menangkap besarnya isyarat listrik yang
berasal dari detektor.
Berdasarkan sistem optiknya
terdapat 2 jenis spektrofotometer.
a. Spektrofotometer single beam (berkas tunggal)
Pada spektrofotometer ini hanya terdapat satu berkas
sinar yang dilewatkan melalui cuvet. Blanko, larutan standar dan contoh
diperiksa secara bergantian
Gambar 1.12 mekanisme single beam
b. Spektrofotometer double beam (berkas ganda)
Pada
alat ini sinar dari sumber cahaya dibagi menjadi 2 berkas oleh cermin yang
berputar (chopper).
·
Berkas pertama melalui kuvet berisi blanko
·
Berkas kedua melalui kuvet berisi standar atau contoh
Blanko dan contoh diperiksa
secara bersamaan seperti terlihat pada gambar. Blanko berguna untuk
menstabilkan absorbsi akibat perubahan voltase atau Io dari sumber cahaya. Dengan
adanya blanko dalam alat kita tidak lagi mengontrol titik nolnya pada
waktu-waktu tertentu, hal ini berbeda jika pada single beam.
Gambar 1.13 mekanisme double
beam
2.8 Parameter Instrumen Spektroskopi UV-VIS
Pada dasarnya, setiap instrumen dalam metode analisis
kualitatif maupun analisis kuantitatif memiliki parameter dalam pengukurannya.
Instrumen spektoskopi UV-VIS memiliki beberapa parameter, yaitu:
1.
Resolusi Spektral
Resolusi spektral merupakan
kemampuan instrumen untuk membedakan dua atau lebih panjang gelombang yang
berdekatan (hampir sama panjang gelombangnya).
Gambar 1.14
resolusi spektral
Dua buah panjang gelombang
dianggap berbeda jika jarak minimum antara kedua puncak dari output detektor
sinyal lebih rendah dari 80% maksimum.
2.
Akurasi Panjang Gelombang dan
Presisi
Akurasi panjang gelombang
dan presisi merupakan hal yang sangat penting untuk membandingkan hasil
pengukuran antara instrumen yang satu dengan yang lainnya.
Gambar
1.15 akurasi dan presisi panjang gelombang
a.
Akurasi Fotometri dan Presisi
Akurasi fotometri dan prisisi meliputi penyimpangan cahaya
(stray light), gangguan (noise), dan penyimpangan (drift).
1.
Stray Light
Stray light dapat didefenisikan sebagai cahaya yang terdeteksi karena adanya
panjanng gelombang yang terletak di luar lebar pita (bandwidth) dari panjang
gelombang yang yang dipilih. Stray light menyebabkan bias negatif dalam menanggapi instrumen dan akhirnya adalah faktor
pembatas untuk absorbansi, dan dengan demikian konsentrasi, yang dapat diukur
(akhirnya penyimpangan dalam pembacaan data absorbansi
Gambar 1.16 stray light
2.
Noise
Gangguan
ini mempengaruhi ketepatan pengukuran, untuk satu pengukuran, mungkin termasuk kesalahan dalam akurasi juga. Kesalahan total pada setiap absorbansi adalah jumlah dari kesalahan karena
penyimpangan cahaya dan gangguan (gangguan foton dan gangguan elektronik).
Gambar 1.17 Rata-rata titik dari data mengurangi gangguan.
3.
Drift
Penyimpangan (drift) pada umumnya merupakan hasil
dari variasi
intensitas lampu antarapengukuran. Perubahan elektronik instrumen juga dapat menyebabkan penyimpangan.
Gambar 1.18 drift
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Spektrofotometri pada UV-VIS adalah
suatu metode analisa yang didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis
oleh suatu lajur larutan berwarna.
2. Kegunaan Spektrofotometri UV-VIS untuk
identifikasi senyawa organik dan cairan berwarna
3. Analisis Spektrofotometri UV-VIS
terbagi 2:
Ø Analisis kualitatif Ø Analisis kuantitatif
4. Kalibrasi digunakan untuk memperoleh
hasil yang akurat dan presisi
5. Kromatogram berupa gelombang yang
menyatakan (a- ).λ Penentuan kromatogram meliputi :
Ø Senyawa organik yang mengandung
elektron , , dan n.σ π
Ø Absorpsi yang melibatkan elektron dari
orbital d dan f.
Ø Absorpsi perpindahan muatan (charge
transfer electrons)
6. Instrument pada spektroskopi UV-VIS
terbagi 2 :
Ø Spektrofotometer single beam (berkas
tunggal)
Ø Spektrofotometer double beam (berkas
ganda)
7. Parameter instrumen UV-VIS terbagi 3 :
Ø Resolusi Spektral
Ø Akurasi Panjang Gelombang dan Presisi
Ø Akurasi Fotometri dan Presisi
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah. 2008. Spektrofotometer. Farmasi UNHAS.
Cahyanto. 2008. Tinjauan Spektrofotometer. Xains Info. http://xainsinfo.blogspot.com/2008/08/tinjauan-spektrofotometer.html
di akses pada tanggal 10 Desember 2015 Tahun 2015 pukul 14.40 wita
Hadi,A. 2005. Prinsip Pengelolaan pengambilan sampel lingkungan. PT. Gramedia :
Jakarta.
Hart, L.,E. Craine dan Harold. 2003. Kimia Organik. Erlangga : Jakarta.
Keenan, C.
1998. Ilmu Kimia Untuk Universitas Edisi
6. Erlangga : Jakarta.
Khopkar,S.
2007. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI
Press : Jakarta